Friday, February 8, 2008

Kasus-kasus persaingan usaha di Amerika Serikat (US Antitrust)

Ringkasan Beberapa Kasus Besar Persaingan Usaha di Amerika Serikat

Amerika Serikat v. Addyson Pipe & Steel Company (1898)

* Naked vs. Ancillary price fixing.

* Enam perusahaan pipa baja yang mengendalikan lebih dari 50% pasar di bagian barat dan tengah Amerika Serikat berkolusi untuk menaikkan harga pipa di pasar itu.

* Pembentukan kartel tak hanya mereduksi kompetisi, untuk itu langsung terhitung ilegal. Penetapan harga yang “naked” atau terbuka adalah per se ilegal, tanpa harus melihat alasan di belakangnya. Walau demikian, saat reduksi kompetisi ini adalah pertimbangan kedua dari kartel atau merger, maka menguji alasan mengapa terjadi kartel atau merger harus dilakukan.

Amerika Serikat v. Trenton Potteries (1927)

* Naked vs. Ancillary price fixing.

* Sekelompok badan usaha yang memiliki 82% total penjualan tembikar sanitasi bersekongkol untuk menetapkan harga.

* Kartel ini menolak gugatan price fixing dengan argumen bahwa harga penjualan kembali (resale prices) yang diorder kartel ini sangatlah rendah. Selain itu gugatan terhadap kartel juga termasuk pengekangan perdagangan (restraint of trade). Pengadilan memutuskan bahwa pengadilan tidak berwenang untuk menentukan bahwa harga itu “rendah atau layak”, dan tentunya setiap pengekangan perdagangan adalah ilegal bahkan di saat semua perusahaan itu tidak sedang memanfaatkan kekuatan pasarnya.

Appalachian Coals v. Amerika Serikat (1933)

* Naked vs. Ancillary price fixing.

* Sejumlah 137 produsen batubara di area Appalachian bergabung untuk melakukan distribusi kerjasama yang diberi nama “Appalachian Coals”. Joint production dari semua perusahaan ini merupakan 12% dari total produksi batubara di pasar timur Sungai Mississippi. Khusus di area mereka (Appalachian), produksi mereka adalah 54% dari total produksi.

* Pertimbangan awal, bahwa tujuan dari membuat holding company ini adalah untuk meningkatkan efisiensi di dalam industri batubara, melalui skala penjualan, distribusi, gudang, iklan, dan R&D, pengadilah harus menetapkan alasan dari tambahan pengekangan perdagangan, daripada hanya mengumumkan bahwa mereka melakukan “naked restraint of trade illegal per se”. Pengadilah akhirnya memutuskan bahwa kerjasama ini memiliki kekuatan pasar yang kecil di pasar penjualan yang relevan, tak serta-merta hal ini menjadi hambatan pasar yang “unreasonable”. Selanjutnya, sejumlah perusahaan kecil bergabung tak harus dilihat berbeda dengan satu perusahaan besar yang mengendalikan kuantitas sama di dalam satu pasar.

Amerika Serikat v. Socony-Vacuum Oil Company (1940)

* Naked vs. Ancillary price fixing.

* Sejumlah 27 perusahaan ditetapkan melanggari hukum persaingan usaha dengan bersekongkol menetapkan harga di pasar minyak grosir. Kelompok ini menguasai 83% dari pasar total daerah tengah-barat di Amerika Serikat.

* Kartel ini menolak dengan alasan bahwa mereka hanya mencegah kompetisi yang saling menghancurkan, yang akan berakibat pada oversuplai minyak di ladang minyak Texas. Pengadilan membuktikan bahwa klaim “over competition” tidak relevan. Klaim bahwa harga yang merusah aindustri tak boleh menjadi alasan untuk menetapkan harga terbuka.

Goldfarb v. Virginia State Bar (1975)

* Naked vs. Ancillary price fixing.

* Asosiasi pengacara di daerah Fairfax menetapkan persyaratan pembayaran keanggotaan bagi yang berprestasi.

* Pengadilan menemukan bahwa sektor hukum masuk ke dalam perdagangan yang dilindungi Sherman Act. Untuk itu, pengacara dan organisasi profesional lain tak terbebas dari regulasi persaingan usaha.

Arizona v. Maricopa County Medical Society (1982)

* Naked vs. Ancillary price fixing.

* Sejumlah 70% dari ahli medis di daerah Maricopa bergabung dalam kelompok medis yang menegaskan harga maksimum bagi setiap dokter untuk meminta bayaran atas layanan tertentu.

* Pengadilan menetapkan bahwa harga maksimum adalah sama dengan penetapan harga yang ilegal. Ada hakim yang berpikir lain, dengan berargumentasi bahwa kombinasi harga untuk konsumer ini adalah semacam pilihan asuransi yang tak tersedia di pasar bebas sejati. Selain itu, ada unsur efisiensi untuk operasional rumah sakit yang mengalahkan dampak persaingan usaha yang tak sehat.

NCAA v. Board of Regents of the University of Oklahoma (1984)

* Naked vs. Ancillary price fixing.

* Sejak pertandingan bola (football) disiarkan di televisi, asosiasi bola NCAA menetapkan aturan main bahwa sekolah dapat menjual hak siar televisinya ke jaringan televisi, termasuk di dalamnya aturan main atas penetapan harga dan berapa banyak yang harus disiarkan.

* Sejak pengadilan tidak mengenal bahwa aktivitas jadwal pertandingan, interpretasi aturan main, dll. hanya bisa diwujudkan jika semua sekolah bergabung, pengecualian NCAA dari Sherman Act atas dasar efisiensi tidak mengikutsertakan kontrak televisi. Untuk itu, walau NCAA bisa meminta sekolah bernegosiasi atas peraturan tertentu, ia tak boleh memaksakan kehendak terhadap transaksi hak siar.

Amerika Serikat v. Container Corporation of America (1969)

* Pertukaran informasi harga (Exchange of Price Information)

* Sekelompok perusahaan yang menguasai 90% penjualan kontainer di di daerah selatan-timur Amerika Serikat sepakat untuk bertukar informasi harga. Meski begitu, tak ada perjanjian di antara mereka untuk menetapkan harga berdasarkan kesepakatan bertukar informasi ini.

* Pengadilan menetapkan bahwa pertukaran informasi ini untuk menstabilisasi harga, tetapi tidak untuk menurunkan harga. Sementara beberapa kompetisi harga tetap terjadi, secara umum bertukar informasi telah mengarahkan kompetitor tak ada harga yang turun. Beberapa hakim berargumen bahwa easy entry dalam pasar ini tak akan membuat satupun pemain memonopoli pasar dan mengambil keuntungan superficial. Hakim-hakim ini menuduh pemerintah tidak dapat membuktikan tingkat harga akan turun di saat tak terjadi pertukaran informasi harga.

Amerika Serikat v. Amerika Serikat Gypsum Company (1978)

* Pertukaran informasi harga (Exchange of Price Information).

* Perusahaan papan gipsum bertukar informasi harga yang tertera dalam kontrak. Pasar yang sangat terkonsentrasi di mana 8 perusahaan memiliki porsi 94% dari pasar degan total 15 perusahaan.

* Pengadilan menetapkan bahwa pertukaran informasi harga ini mereduksi kompetisi dan menstabilkan harga. Selanjutnya, kekhawatiran pengadilan adalah pertukaran informasi ini akan mengarah ke penetapan harga bersama yang per se ilegal.

Interstate Circuit v. Amerika Serikat (1939)

* Paralelisme disengaja dan monopoli bersama (Conscious Parallelism and Shared Monopoly)

* Interstate Circuit dan Texas Consolidated Theatres memiliki dan mengoperasikan sejumlah bioskop di daerahnya. Manajer di bioskop itu meminta semua distributor film (dalam kontrak) tak membolehkan penjualan tiket premier kelas A seharga di bawah 25 sen per penonton. Selain itu, premier dari film kelas A ini tak boleh melebihi 40 sen. Sebelumnya, hampir setiap tiket film tayang kedua dijual seharga 15 sen saja, dan biasanya juga tayang premier diputar bundling dengan film tidak laku di hari biasa.

* Semenjak Interstate meminta kontrak ini bersamaan dengan saat dia menaikkan harga tiket, maka hal ini dikategorikan langsung sebagai konspirasi terhadap pengekangan perdagangan. Dengan menekan semua distributor untuk menandatangani persetujuan atas skema harga ini, Interstate memiliki kekuatan pasar di daerahnya. Selanjutnya, telah jelas bahwa distributor di daerah itu setuju untuk memonopoli film premier karena adalah suatu kesengajaan jika kedelapan distributor utama secara serentak menetapkan aturan main yang sama ke semua bioskop.

Theatre Enterprises v. Paramount Film Distribution Corporation (1954)

* Paralelisme disengaja dan monopoli bersama (Conscious Parallelism and Shared Monopoly).

* Paramount Pictures mendistribusikan film denga perjanjian eksklusif, bahwa hanya satu bioskop di satu area yang bisa menerima film premier. Theatre Enterprise menuduh Paramount Pictures dan distributor film lain melakukan tindakan tidak adil dengan mengurangi film premier hanya di pusat kota, bukan di pinggiran kota.

* Pengadilan menetapkan bahwa distributor bisa menggunakan haknya untuk perjanjian eksklusif, dengan alasan bahwa distributor hanya ingin film ini dijangkau oleh bioskop dengan high-traffic, yang biasanya hanya ada di pusat kota. Untuk itu, perjanjian ini adalah keputusan perhitungan ekonomi semata dan bukan konspirasi atau paralelisme disengaja yang dilakukan distributor.

Du Pont v. FTC and Ethyl Corporation v. FTC (1984)

* Paralelisme disengaja dan monopoli bersama (Conscious Parallelism and Shared Monopoly).

* Du Pont dan Ethyl adalah empat dari produsen bahan bakar mengandung timah yang mengendalikan pasar 38,4% dan 33,5%. Pasca-mandat EPA yang melarang penggunaan timah dalam mobil tahun 1973, Du Pont dan Ethyl terlibat dalam kompetisi kecil sementara menangguk profit jauh di atas normal rate of return. Atas dasar ini FTC menetapkan setiap perusahaan atas tuduhan konspirasi mengekang perdagangan dan paralelisme harga.

* Pengadilan memutuskan bahwa di pasar yang sedang menurun, Du Pont dan Ethyl tidak memiliki alasan terlibat dalam kompetisi harga. Selanjutnya, pengadilan memutuskan bahwa aktivitas kompetitif yang mereka lakukan, termasuk edukasi, paket penjualan khusus, layanan konsultasi dan seterusnya, menggantikan kompetisi efektif. Dalam beberapa hal terbukti pelanggan Ethyl berpindah ke Du Pont dan sebaliknya di luar pertimbangan harga. Terakhir, pengadilan menegaskan bahwa semua tuduhan FTC tidak membuktikan adanya konspirasi.

Amerika Serikat v. Sealy (1967)

* Pembatasan distribusi horizontal (Horizontal Restriction on Distribution): Price fixing dan pembagian teritori eksklusif

* Sealy menjual produknya di lebih dari 7.000 outlet seluruh Amerika Serikat. Sealy membuat kontrak dengan pabrik independen untuk memproduksi selimut/seprei/matras tidur di beberapa area di Amerika Serikat. Setiap pabrik diorder untuk memproduksi secara eksklusif 1) di luar teritori mereka tak boleh menjual produk Sealy, 2) di dalam teritori Sealy, mereka dilindungi dari produsen lain.

* Pengadilan menetapkan bahwa pengaturan ini ilegal karena mereduksi kompetisi antar-produsen kain itu, dan karena kontrak juga menyatakan pasal yang mengatur harga penjualan kembali (resale price). Pengadilan mengutip Sherman Act yang mengatur bahwa perjanjian pembagian area secara eksklusif bisa legal dalam beberapa kasus.

* Hal ini merupakan keputusan pengadilan (Mahkamah Agung) yang kontroversial mengingat ada masalah free rider dari pabrik lokal (pemegang lisensi Sealy) yang turut mengiklankan produk Sealy. Iklan ini dimanfaatkan oleh pemegan lisensi Sealy yang tak ikut beriklan.

Amerika Serikat v. Topco Associates (1972)

* Pembatasan distribusi horizontal (Horizontal Restriction on Distribution).

* Topco adalah perkumpulan buyer yang terdiri atas 25 rantai toko pangan (kecil dan medium), yang ditujukan agar toko-toko kecil ini mampu memiliki buying power seperti toko-toko besar. Selain itu diharapkan mereka memiliki kesempatan untuk memberikan merek khusus bagi makanan kaleng mereka, seperti yang dilakukan toko besar itu. Market share dari perkumpulan ini beragam, mulai dari 1,5% hingga 16%. Anggota Topco sepakat untuk membagi teritori untuk menjual produk khas Topco.

* Walau argumen Topco adalah untuk melawan kompetisi terhadap toko besar, pengadilan menetapkan bahwa perjanjian eksklusif untuk membagi teritori adalah tindakan mereduksi kompetisi; dan hal ini ilegal.

Jay Palmer, et al. v. BRG of Georgia (1990)

* Pembatasan distribusi horizontal (Horizontal Restriction on Distribution).

* Mengawali tahun 1980, BRG dan Harcourt Brace Jovanovich adalah penyedia terbesar untuk bahan Bar Review dan kursus di Georgia. Tahun 1980, Harcourt (penerbit setuju untuk menghentikan kompetisi dengan BRG di Georgia dan menunjuk BRG sebagai dealer eksklusif materinya di Georgia, dengan persyaratan bahwa angka BRG untuk setiap mahasiswa tidak lebih murah dari harga produk Harcourt di luar Georgia. Pada saat bersamaan, BRG menaikkan harga dari US$150 menjadi US$400.

* Pengadilan negeri menetapkan bahwa walau Harcourt tidak memiliki kemampuan langsung untuk mempengaruhi harga yang dibuat BRG pascakontrak kerjasama, kontrak itu merupakan bentuk penetapan harga (price fixing). Selanjutnya, mengingat BRG adalah pemain tunggal di Georgia, pembagian teritori secara eksklusif bukanlah isu dari keduanya, walau keduanya pernah berkompetisi. Akhirnya Mahkamah Agung membetulkan putusan pengadilan negeri, mengingat perjanjian BRG dan Harcourt telah jelas mereduksi kompetisi dan menaikkan harga.

Northern Securities Company v. Amerika Serikat (1904)

* Merger dari Beberapa Kompetitor: Aktual atau Potensial (Mergers of Competitors: Actual and Potential).

* Great Northern Railway (pemilik: James J. Hill) dan Northern Pacific Railway (pemilik: J. Piermont Morgan) keduanya mengontrol jalur kereta api yang menghubungkan Mpls./St. Paul dan Duluth/Superior, serta Seattle dan Portland. Tahun 1901, keduanya merger dan membuat pengelolaan kereta api di daerah timur-barat berada di satu kontrol kepemilikan.

* Pengadilan menetapkan bahwa bentuk merger ini adalah kombinasi dari pengekangan perdagangan, dan untuk itu ilegal.

Standard Oil of New Jersey v. Amerika Serikat (1911)

* Merger dari Beberapa Kompetitor: Aktual atau Potensial (Mergers of Competitors: Actual and Potential).

* John Rockefeller, di awal 1870, secara aktif terlibat dalam beberapa proses merger dan akuisisi beberapa perusahaam bahan bakar sehingga membangun Standard Oil menguasai 90% dari proses produksi, refining, distribusi dan ritel minyak di Amerika Serikat.

* Selama memproses kasus ini, pengadilan menyadari bahwa setiap merger atau kemitraan memiliki dampak pengekangan terhadap perdagangan, yang harus diselesaikan dengan proses rule of reason untuk penanganan kasus persaingan usaha. Sementara ada beberapa kegiatan, misalnya penetapan harga langsung diputuskan per se ilegal. Kegiatan lain seperti merger dan akuisisi harus dikaji kasus per kasus, tergantung atas tujuan dan dampak dari aktivitas itu. Karena baik tujuan atau dampak dari perilaku Standard Oil adalah untuk memonopoli industri ini, dengan hasil akhir harga yang monopolistik, pengadilan mewajibkan Standard Oil memecah anak usahanya.

Amerika Serikat v. US Steel Corporation (1920)

* Merger dari Beberapa Kompetitor: Aktual atau Potensial (Mergers of Competitors: Actual and Potential).

* US Steel melalui kombinasi atau akuisisi dan pertumbuhan internal, berubah menjadi perusahaan baja terbesar di Amerika Serikat dengan memasok 80-90% produksi nasional.

* Pengadilan, menggunakan dua bagian rule of reason menetapkan bahwa US Steel tidak melanggar Sherman Act, mengingat perusahaan ini berhasil berevolusi meningkatkan diri dan bukan dalam kerangka memonopoli industri. Kedua, mereka sepakat bahwa US Steel tidak memonopoli dan tidak memainkan kekuatan pasarnya untuk merugikan masyarakat.

Brown Shoe v. Amerika Serikat (1962)

* Merger dari Beberapa Kompetitor: Aktual atau Potensial (Mergers of Competitors: Actual and Potential).

* Brown Shoe adalah manufaktur sepatu nomor 4 besar dengan 4% dari total produksi sepatu. Brown mengajukan proposal merger dengan Kinney, peritel terbesar di Amerika Serikat dengan 1,2% dari total penjualan ritel nasional, dan 0,5% dari produksi sepatu nasional.

* Pengadilan memutuskan walau market share yang dimiliki masing-masing manufaktur dan peritel ini tidak terlalu signifikan untuk merger, di beberapa kota kecil di mana ada toko Brown dan Kinney, merger akan mereduksi kompetisi. Untuk itu merger dinyatakan ilegal. Merger ini akan mengarah ke reduksi kompetisi di dalam “economically significant submarket”, sebuah istilah yang kemudian dikenal dalam putusan-putusan mendatang.

* Hanya karena 30 kota di mana gabungan market share Kinney dan Brown melampaui 20%, dan di 6 kota melampaui 40%, merger dari 1000 toko adalah tindakan buru-buru. Walau demikian ini adalah keputusan pengadilan yang buruk.

Amerika Serikat v. Von’s Grocery (1966)

* Merger dari Beberapa Kompetitor: Aktual atau Potensial (Mergers of Competitors: Actual and Potential).

* Tahun 1960 Von’s Grocery, jaringan toko kelontong terbesar ketiga di Los Angeles melakukan merger dengan Shopping Bag Stores, jaringan toko terbesar keenam dengan 34 toko. Jaringan ini kemudian menjadi terbesar kedua di Los Angeles denga 7.5% dari total pasar.

* Naiknya konsentrasi pasar di Los Angeles (karena jumlah toko toko independen turun 35% dari tahun 1950 hingga 1963, pengadilan menegaskan pemecahan perusahaan yang baru merger itu. Hakim yang berbeda pendapat menunjuk bahwa faktor teknologi (semakin banyak penggunaan mobil) yang menjadi penyebab jatuhnya toko “mom-and-pop”. Ada juga perhitungan konsentrasi industri seperti 5-firm concentration ratio, yang nyatanya turun dalam periode ini.

FTC v. Procter and Gamble (1967)

* Merger dari Beberapa Kompetitor: Aktual atau Potensial (Mergers of Competitors: Actual and Potential).

* Clorox adalah manufaktur terbesar untuk pemutih rumah tangga di Amerika Serikat dengan sekitar 50% penguasaan pasar. Procter & Gamble juga merupakan manufaktur besar dengan beragam produk rumah tangga, dan belum masuk ke pasar pemutih. Tahun 1957, Procter & Gamble membeli Clorox.

* Pengadilan memutuskan bahwa sementara Clorox dan P&G bukan kompetitor langsung, dengan besarnya P&G, terbatasnya penghambat teknologi di produksi pemutih, dan peran P&G sebagai produsen utama yang bisa mensubtitusi dan kompliment terhadap pasar pemutih, hal ini tetap menempatkan P&G sebagai pesaing “potensial” di pasar pemutih. P&G masuk ke pemutih dengan peran kuat mempromosikan diri di pasar yang terkonsentrasi. Pengadilan menolak merger.

Tasty Baking and Tastykake v. Ralston Purina and Continental Baking (1987)

* Merger dari Beberapa Kompetitor: Aktual atau Potensial (Mergers of Competitors: Actual and Potential).

* Continental Baking, pembuat permen Twinkie dan Ding Dong, bergabung dengan Drake, pembuat Ring Ding. Secara nasional, Twinkie adalah snack terbesar dikonsumsi sepertiga dari pasar, sementara Drake di bawah 5%. Meski demikian, di daerah utara-timur, Drake bisa mencapai 50% di New York dan Boston.

* Pertanyaan utamanya adalah pengadilan mendefinisikan pasar yang relevan. Jika snack berkompetisi dengan snack lain atau pastri, maka merger kedua perusahaan snack itu tidak signifikan karena perusahaan baru hanya memiliki porsi kecil di pasar yang relevan. Jika hanya disebut: kue snack dan pie, maka keinginan merger itu menaikkan konsentrasi di industri itu. Sebagai tambahan, area geografis yang relevan menjadi penting karena setiap perusahaan memiliki market share yang berbeda di setiap kota utara-timur Amerika Serikat. Pengadilan menetapkan bahwa pasar snack cake bisa didefinisikan dan dampat pasar kota metropolitan bisa dikaji. Pengadilan meminta perusahaan untuk menunda merger.

Amerika Serikat v. ALCOA (1945)

* Monopolisasi dan Perusahaan Dominan (Monopolization and Dominant Firm).

* Alcoa memproduksi 90% aluminum dari seluruh Amerika Serikat, karena di awalnya Alcoa memiliki hak paten untuk memproses biji bauksit menjadi aluminum asli (virgin aluminum). Tahun 1912 Alcoa terbukti bersalah karena konspirasi untuk memonopoli industri ini. Alcoa berhenti beraktivitas selama 25 tahun ke depan.

* Pengadilan memiliki beberapa argumen. Pertama, Pengadilan memperhatikan apakah aluminum daur-ulang bisa dibuat menjadi substitusi aluminum asli, yang akan mereduksi market share Alcoa dari 90% (yang menobatkannya menjadi pemain monopoli) ke 60% (yang bisa membuatnya tetap monopoli, atau tidak) atau bahkan ke 33% (yang melepaskan label monopoli). Selanjutnya, pengadilan menyadari adanya perbedaan antara Alcoa yang yang secara aktif berusaha untuk mempertahankan monopolinya denga Alcoa yang berakhir dengan manajemen dan R&D yang baik. Pengadilan memutuskan bahwa walaupun Alcoa tidak secara aktif memonopoli industri, mereka terbukti menerapkan perilaku monopolistik. Alcoa juga terbukti bersalah melanggar Sherman Act.

Amerika Serikat v. United Shoe Machinery (1953)

* Monopolisasi dan Perusahaan Dominan (Monopolization and Dominant Firm).

* Meski industri manufaktur sepatu adalah industri yang sangat kompetitif, pemasok peralatan manufaktur 85-90% berada di tangan satu perusahaan saja: United Shoe Machinery. United Shoe melakukan monopoli dengan hanya menyewakan mesin dan tak pernah menjualnya.

* Sekali lagi, seperti dalam putusan Alcoa, meskipun United Shoe tidak melakukan praktek monopoli terhadap pasar, pengadilan menetapkan United Shoe bersalah mengekang perdagangan dengan kekuatan pasarnya. Pengadilan juga menetapkan agar United Shoe dengan kebijakan menyewakannya diubah menjadi kebijakan menyewakan dan menjual alat dengan harga yang kompetitif.

Amerika Serikat v. Du Pont (1956)

* Monopolisasi dan Perusahaan Dominan (Monopolization and Dominant Firm).

* Selama periode relevan, Du Pont mengendalikan 75% pasar kertas kaca, tapi kurang dari 20% dari pasar materi pembungkus fleksibel.

* Pengadilan mengkaji elastisitas silang (cross elasticity of demand) dari permintaan kertas kaca, dan menetapkan bahwa terjadi substitusi yang cukup untuk kertas kaca, sehingga Du Pont tidak memonopoli pasar kertas kaca. Hakim yang berbeda pendapat menyatakan bahwa perubahan besar dari harga kertas kaca tidak berdampak pada barang kompetitor. (Jelas bahwa tak perlu didiskusikan lebih lanjut bagaimana penurunan harga berdampak pada permintaan terhadap barang kompetitor)

Berkey Photo v. Eastman Kodak (1979)

* Monopolisasi dan perusahaan dominan.

* Sebelum 1954 Kodak memasukkan biaya proses film di dalam harga film yang dijual ke pelanggan. Tie-in (penggabungan) antara biaya film dan biaya proses digugat ilegal. Market share dari Kodak turun dari 96% (1954) ke 19% (1976). Di pasar kertas cetak, turun dari 94% ke 60% Di pasar kamera instan mengendalikan 65% dan pasar film berwarna 85%. Jika kodak memperkenalkan Pocket Instamatic sejalan dengan kamera desain khusus, maka kompetitor seperti Berkey Photo elah diberikan peringatan awal tentang produk baru Kodak, dan Kodak diberikan waktu cukup untuk menjual kamera, film dan proses filmnya.

* Pengadilan menetapkan bahwa Kodak tak memiliki kewajiban untuk menyediakan informasi terhadap produknya. Perusahaan yang melakukan R&D dan kajian risiko, saat memperkenalkan produk barunya memiliki hak mendapatkan keuntungan dan segala penemuannya. Penemuan dan perkembangan sesungguhnya cara legal untuk memonopoli.

Amerika Serikat v. Du Pont (1957)

* Integrasi Vertikal (Vertical Integration).

* Tahun 1919 Du Pont membeli 23% saham General Motors. Selama ini Du Pont adalah pemasok cat dan kain ke General Motors, menyelesaikan dua pertiga kebutuhan GM untuk cat dan setengah untuk kain. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana Du Pont memegang bisnis GM sebagai basis atau hasil dari pertaruhan finansial di perusahaan itu.

* Pengadilan memutuskan bahwa jelas Du Pont menggunakan kekuatan finansialnya untuk membuka pasar GM khususnya kain dan cat, untuk menjadi pemasok utama. Hal ini melanggar Clayton Act. Hakim yang berbeda pendapat dan mempertanyakan mengapa hanya fokus di dua pasar (cat dan kain) sementara produk Du Pont lain tak dipilih oleh GM. Banyak contoh menunjukkan bahwa selain pertaruhan finansial, Du Pont juga menghadapi pertaruhan kontrak dengan GM. Mereka berargumen bahwa sebagai investor substansial di GM, Du Pont tidak akan menyuruh GM memasok produk jelek. Akhirnya, para hakim ini menunjukkan bahwa bahkan jika perjanjian vertikal Du Pont dan GM mengendalikan divisi pembelian di GM, total marker share GM terhadap pembelian produk ini adalah kecil.

Brown Shoe v. Amerika Serikat (1962)

* Integrasi Vertikal (Vertical Integration).

* Brown, manufaktur sepatu besar, mengajukan diri untuk mengakuisis Kinney, peritel sepatu besar.

* Pengadilan menetapkan bahwa pembelian ini akan menempatkan manufaktur sepatu lain pada posisi merugi, mengingat akan terjadinya pengekangan proses pembelian Kinney. Mereduksi kompetisi ini melanggar Clayton Act.

Ford Motor v. Amerika Serikat (1972)

* Integrasi Vertikal (Vertical Integration).

* Ford Motor, hingga tahun 1961, memproduksi busi tidak berapi, kemudian mengakuisisi Autolite yang memproduksi busi berapi. Pemain di pasar busi berapi adalah Champion 50% pasar, AC Delco 35%, dan Autolite 15%.

* Pengadilan memutuskan bahwa merger ini berakibat pada reduksi kompetisi di pasar, dan untuk itu melanggar Pasal 7 dari Celler-Kefauver Antimerger Act. Peran Ford sebagai kompetitor utama melayani harga dalam pasar oligopolistik.

* “Kebodohan” dari keputusan pengadilan ini menyatakan bahwa analisis biaya-keuntungan tak bisa digunakan dalam kasus persaingan usaha karena metode ini di luar pemahaman pengadilan. Untuk itu, merger antikompetitif bahkan jika mereka menghasilkan dampak baik baik ekonomi keseluruhan, tetap dinyatakan ilegal.

Standard Fashion v. Magrane-Houston Company (1922)

* Perjanjian eksklusif (Exclusive Dealing)

* Standard Fashions memproduksi pakaian anak dan wanita dengan corak tertentu dan dijual di outlet ritel seperti departemen store Magrane-Houston. Kontrak dengan Magrane menyebutkan bahwa Magrane tak boleh menjual merek lain yang bercorak sama di tokonya. Sementara di pasar ada 52 ribu perusahaan independen yang memproduksi pakaian serupa, dan 40% pasar itu dikuasai Standard Fashion.

* Pengadilan menetapkan bahwa sebagai hasil dari kontrak ini adalah mereduksi komeptisi, terutama di kota kecil di mana hanya ada satu toko yang menjual baju bercorak tersebut. Tambahan lagi, perjanjian seperti ini menimbulkan halangan masuk bagi pemain kecil yang tak mampu memasok beragam corak tak seperti Standard Fashion.

Tampa Electric Company v. Nashfield Coal (1961)

* Perjanjian eksklusif (Exclusive Dealing)

* Tampa Electric menandatangani kontrak 20 tahun dengan Nashfield Coal untuk memasok bahan bakar generator Tampa. Nashfield menuduh kontrak Tampa melanggar peraturan persaingan usaha, dan memutus kontrak sepihak. Tampa harus memasok batubara dari pihak lain dalam biaya yang lebih mahal.

* Pengadilan menyatakan bahwa kontrak Tampa-Nashfield ini membuat Tampa membeli semua batubara dari Nashfield, sebuah perjanjian eksklusif, namun kontrak ini menjadi ilegal jika telah mencapai porsi signifikan dalam pasar kompetitif. Sementara itu, generator Tampa menghidupkan listrik setengah dari konsumsi listrik di Florida, pengadilan memutuskan bahwa pasar relevan bagi batubara yang akan dibeli Tampa adalah pasar seluruh Appalachian dan Amerika Serikat bagian timur. Sehingga porsi Tampa di pasar itu hanya 1%. Karena baik penjual atau pembeli tidak memiliki posisi dominan di pasar, kontrak eksklusif ini terbukti tidak memiliki dampak anti-kompetitif.

Henry v. A. B. Dick (1912)

* Mengikat (Tying).

* A.B. Dick, manufaktur mesin duplikasi mimeograph, mengharuskan pembeli mesinnya juga membeli kertas dan tinta yang biasa digunakan dalam mesin A.B. Dick.

* Pengadilan memutuskan dengan bijak bahwa tak ada bedanya apakah seorang monopolist menghasilkan uang melalui penjualan produk patennya atau melalui produk non-paten yang digunakan bersama produk paten. Mereka mengetahui bahwa menghalangi pengikatan produk ini adalah semata-mata kekuatan monopoli di pasar kertas/tinta yang ditransfer ke pasar mesin yang berdampak kecil ke publik. Hakim yang berbeda pendapat menolak bahwa praktek dengan reductio ad absurdum tanpa memperhitungkan bahwa tak ada seorangpun yang bisa membeli produk paten jika dibatasi secara tak jelas..

* Keputusan ini, walaupun benar secara ekonomi, tetap dianggap tidak populer, dan diarahkan sebagian ke pasal-pasal Clayton Act 1914 yang mengatur penjualan mengikat yang dilarang.

International Salt v. Amerika Serikat (1947)

* Mengikat (Tying).

* International Salt memproduksi alat pembuatan garam yang biasa digunakan (lease) untuk memproses makanan. Sebagai persyaratan leasing, International mengharuskan penyewanya membeli seluruh garam dan tablet garam dari International.

* Pengadilan menegaskan bahwa paten International atas perangkat pembuatan garam tidak serta-merta menjadikannya menghambat kompetisi di pasar garam. International membela bahwa mesinnya hanya bisa memproses garam kualitas tertentu untuk menghindari kerusakan mesin. Pengadilan menjawab bahwa International bisa saja menetapkan standar, tanpa harus memaksakan kehendak merek garam tertentu ke pelanggannya.

* Lihat Heaton Peninsular v. Eureka Specialty untuk masalah khusus-yang membuktikan bahwa kontras dengan keputusan pengadilan bahwa hampir setiap perjanjian tying/mengikat adalah merugikan-tapi perjanjian tying di kasus Peninsular v Eureka ini bisa digunakan untuk menaikkan kesejahteraan masyarakat.

Northern Pacific Railway v. Amerika Serikat (1958)

* Mengikat (Tying).

* Sebagai bagian dari tanah yang diberikan pemerintah untuk menangani jalur kereta api tahun 1870, Northern Pacific diberikan kepemilikan tanah 20-40 mil lebar sepanjang jalur kereta api di daerah utara-barat Amerika. Northern Pacific kemudian menawarkan penjualan tanah ini dengan persyaratan bahwa pemilik tanah yang baru harus menggunakan Northern Pacific untuk kebutuhan transportasi dan pengiriman barangnya.

* Pengadilan beralasan bahwa perjanjian mengikat produk (tying) hanya ilegal jika perusahaan memiliki kekuatan pasar signifikan terhadap barang yang dijual terika titu, karena jika tidak ia tak bisa memaksa pelanggan membeli. Oleh karenanya, perusahaan itu bisa mengancam kompetisi. Beberapa hakim yang berbeda pendapat menekankan bahwa Northern Pacific tak pernah bisa mengatur pasar real-estat keseluruhan, sehingga tidak akan mereduksi kompetisi.

Amerika Serikat v. Loew’s (1962)

* Mengikat (Tying).

* Loew adalah distributor film besar yang memasok ke stasiun TV. Loew mengharuskan proses pemesanan film dalam jumlah besar (block booking) sehingga setiap stasiun TV harus membeli film bagus sekaligus film jelek dalam satu paket.

* Pengadilan menetapkan bahwa Loew memiliki kekuatan pasar terhadap distribusi film, dan untuk itu, perjanjian ini mereduksi kompetisi di dalam pasar.

* Pertanyaan sederhanannya adalah mengapa pemesanan seperti ini merupakan usaha untuk menghasilkan pendapatan Loew lebih besar daripada hanya menjual setiap film secara eceran.

Siegel v. Chicken Delight (1971)

* Mengikat (Tying).

* Chicken Delight, sebuah perusahaan sajicepat, memberikan resep, merek dan trademark tanpa biaya ke pemegang lisensinya dengan persyaratan bahwa pemegang lisensi itu wajib membeli produk kertas, alat masak hingga bahan siap masak dari Chicken Delight.

* Chicken Delight menolak tuduhan bahwa pengaturan tying ini sebaiknya tidak dinilai sebagai usaha anti-kompetitif mengingat perjanjiannya adalah (selain menghasilkan pendapatan bagi Chicken Delight) menetapkan standar terhadap pemegang lisensinya. Pengadilan menetapkan bahwa banyak cara untuk meraih pendapatan dan menjamin kualitas yang tidak melanggar hukum persaingan usaha. Untuk itu pengadilan menolak argumen Chicken Delight.

* Argumen Chicken Delight memiliki nilai kuat, dan merupakan satu contoh bahwa satu kasus di mana masyarakat diuntungkan dari penerapan penjualan mengikat/tying.

Jefferson Parish Hospital District #2 v. Hyde (1984)

* Mengikat (Tying).

* Jefferson mengharuskan semua pasien bedah yang menginap di rumah sakit itu juga menggunakan ahli anestesi yang dipekerjakan di rumah sakit itu. Tak ada ahli anestesi yang ditugaskan secara resmi untuk menangani proses anestesi di rumah sakit itu.

* Pengadilan memulai dari pengertian bahwa Jefferson memiliki tingkat kekuatan pasar tinggi di pasar relevan, sehingga mengumumkan perjanjian tying adalah ilegal. Kemudian mereka juga mendefinisikan bahwa penjualan tying ini mengharuskan pelanggannya bisa membeli secara ecer atau paket tying. (Sekaligus menegaskan bahwa Ford dalam persyaratannya mengharuskan pembelinya juga membeli badan mobil bersama mesinnya). Sehingga pasien yang ingin hanya layanan anestesi bisa datang ke rumah sakit lain. Kedua barang ini tak bisa dipisahkan, sehingga Jefferson tidak menggunakan kekuatan pasarnya di satu pasar yang tidak relevan. Pengadilan kemudian juga mempertimbangkan bahwa memiliki layanan tunggal tidak menghasilkan keuntungan dari efisiensi (dalam kamus rumah sakit adalah biaya adminsitrasi yang lebih rendah). Untuk itu kasus tying seperti ini ditetapkan legal.

Fashion Originators’ Guild of America v. FTC (1941)

* Boikot dan Penolakan untuk Kerjasama (Boycotts and Refusals to Deal).

* The Fashion Originator’s Guild mewakili sejumlah desainer dan pabrik fashion untuk memberantas pembajakan gaya (style piracy). Kelompok ini jika digabung membentuk kendali pasar sebesar 38% hingga 60% dari pasar relevan. Kelompok ini meregistrasi semua desain dan meminta seluruh anggotanya untuk memboikot dan melarang menjual produknya ke toko ratail yang menjual imitasi dari desain yang diregistrasi.

* Pengadilan dengan mudah menetapkan Guild bersalah karena hukum paten di Amerika Serikat tidak melindungi desain garmen seperti halnya buku atau produk temuan teknologi.

Lorain Journal Company v. Amerika Serikat (1951)

* Boikot dan penolakan untuk kerjasama (Boycotts and refusals to deal).

* Lorain Journal, satu-satunya harian terbit di Lorain, Ohio, menolak untuk menerima iklan dari pelanggan yang juga menggunakan iklan radio di stasiun lokal sana.

* Pengadilan menerjemahkan perilaku Journal sebagai perilaku yang “berani, tak mau kalah, dan komersial predatori” yang bisa terjadi untuk menghalau kompetitornya keluar dari pasar yang sama. Koran ini memilih pengiklan potensial atas perilaku yang tak lain hanya untuk mengusir kompetitor potensial keluar dari pasar.

Klor’s v. Broadway-Hale (1959)

* Boikot dan Penolakan untuk Kerjasama (Boycotts and Refusals to Deal).

* Klor, peritel peralatan skala kecil, menuduh Broadway-Hale berkonspirasi dengan pemasoknya untuk membatasi jumlah produk yang dipasok ke Klor, atau hanya beberapa jenis barang saja yang boleh dipasok ke Klor.

* Pengadilan memihak Klor menegaskan bahwa boikot jelas mereduksi kompetisi dengan menghalangi Klor berkompetisi dengan Broadway-Hale dalam persyaratannya. Secara khusus, pengadilan menegaskan bahwa kekuatan pasar yang dimiliki Klor itu kecil, faktanya bahwa kebangkrutkan Klor tidak akan berdampak terhadap pasar, dan penolakan untuk kerjasama (refusal to deal) adalah ilegal, agar pengadilan bisa membela negara dari monopoli perlahan seperti halnya monopoli dalam waktu sekejap.

Aspen Skiing Company v. Aspen Highlands Skiing Corporation (1985)

* Boikot dan Penolakan untuk Kerjasama (Boycotts and Refusals to Deal).

* Daerah Pegunungan Aspen memiliki 4 buah resor dengan jarak dekat ke pusat kota. Selama ini pembangunan resor itu dilakukan oleh 3 perusahaan independen, namun tahun 1977 seluruh gunung dimiliki oleh Aspen Skiing Company dengan hanya Aspen Highlands yang tetap independen. Secara tradisional, pemain ski bisa membayar bea masuk ke pegunungan dalam paket beberapa hari, namun karena konsolidasi kepemilikan oleh Aspen Skiing Company, Aspen Skiing menolak Aspen Highlands berpartisipasi dalam paket tiket beberapa hari ini dengan Aspen Skiing.

* Pengadilan memang memutuskan bahwa Aspen Skiing tak bisa dilarang untuk bekerjasama dengan kompetitor, tapi pengadilan menemukan bahwa Aspen Highlands telah membuat proposal legal untuk ikut serta dalam paket tiket bersama Aspen Skiing, Untuk itu Aspen Skiing tak punya alasan untuk menolak permintaan kalau bukan karena alasan predatori. Hak untuk menyeleksi mitra bisnis tidaklah menjadi alasan kuat untuk persyaratan kompetisi. Untuk itu pengadilan menetapkan Aspen Skiing melakukan tindakan anti-kompetitif.

FTC v. Indiana Federation of Dentists (1986)

* Boikot dan penolakan untuk kerjasama (Boycotts and refusals to deal).

* The Indiana Federation of Dentist adalah kelompok kecil dokter gigi yang memiliki jumlah anggota yang signifikan di daerah Fort Wayne dan Lafayette. Kelompok ini mewajibkan keanggotaan untuk tidak menyerahkan hasil X-ray gigi jika diminta perusahaan asuransi untuk maksud memblokir usaha perusahaan asuransi menarik keuntungan.

* Jelas terbuktu bahwa setiap orang memilih dokter gigi yang satu dibanding yang lain karena masalah asuransi. Untuk itu pengadilan menetapkan bahwa kebijakan Federation ini telah menghalangi dokter gigi bersaing dengan dokter gigi lain dari penanganan asuransinya.

Northeastern Telephone v. AT&T (1981)

* Harga predatori dan Diskriminasi Harga (Predatory Pricing and Price Discrimination).

* Northeastern Telephone, sebuah pemasok perangkat terminal telepon, menuduh AT&T, raksasa yang memiliki pasar 20 kali lipat Northeastern, melakukan predatory pricing.

* Pengadilan mendefinisikan predatory pricing sebagai “sacrificing current revenue in order to drive a competitor from the market to gain increase market power in the future.” Pengadilan juga memberikan batas sebuah angka itu predatori jika lebih kecil dari biaya marginal (marginal cost). Karena marginal cost itu susah didapat datanya di dunia nyata, rata-rata variable cost bisa dianggap sebagai proksi marginal cost oleh pengadilan. Pengadilan menyatakan bahwa Northeaster tidak memberikan bukti harga AT&T di bawah marginal cost/average variable cost. Untuk itu AT&T dinyatakan tidak bersalah terhadap tuduhan predatory pricing. Northeastern menemukan bahwa ukuran besar AT&T bisa menyedot kerugian di satu sektor sementara memiliki profit tinggi di sektor lain. Untuk itu pengadilan menyatakan bahwa AT&T dengan ukuran besarnya bisa terlibat dalam upaya predatory pricing tanpa takut bangkrut. Intinya, harus ada bukti bahwa suatu perusahaan melakukan predatory pricing.

Barry Wright Corporation v. ITT Grinnell (1983)

* Harga predatori dan Diskriminasi Harga (Predatory Pricing and Price Discrimination).

* Grinnel adalah manufaktur tunggal dari mechanical shock absorbers (snubbers) untuk digunakand di pabrik pembangkit listrik tenaga nuklir. Barry Wright ingin masuk ke pasar ini dengan bantuan Pacific Scientific, pembeli terbesar snubbers. Setelah tahu Barry Wright hendak masuk ke pasar, Grinnell menawarkan Pacific diskon besardalam kontrak jangka panjang. Saat Barry Wright tak bisa memenuhi permintaan jadwal Pacific untuk memproduksi snubbers, Pacific menyetujui kontrak dengan Grinnel yang menyebabkan Barry Wright hengkang dari pasar itu.

* Adalah benar bahwa Barry Wright masuk mengakibatkan Grinnell memberikan diskon yang kemudian mengakibatkan Barry Wright gulung tikar, pengadilan menemukan bahwa harga diskon Grinnell masih di atas variable cost dan untuk itu tetap legal. Pengadilan kemudian menetapkan bahwa dalam banyak contoh, pemotongan harga bisa merugikan kompetitor. Pengadilan juga tidak ingin meredam pemotongan harga yang pro-kompetitif dengan mengumumkan pemotongan harga melanggar hukum persaingan usaha.

Matsushita Electric v. Zenith Radio (1986)

* Harga predatori dan Diskriminasi Harga (Predatory Pricing and Price Discrimination).

* Zenith menegaskan bahwa sejak tahun 1960 hingga 1985 kartel Jepang berupa perkumpulan manufaktur elektronik (consumer goods) berkonspirasi untuk menjual produknya ke Amerika Serikat dengan harga di bawah ongkos untuk mengusir manufaktur Amerika keluar dari pasar. Skema harga predatori ini dibiayai dari profit besar yang dibuat oleh kartel Jepang di mana-mana.

* Walau menyetujui bahwa perusahaan Jepang menghasilkan profit besar dari penjualan domestik (dan terlibat dalam aktivitas di Jepang yang tak mungkin dikaji hukum persaingan usaha Amerika Serikat), pengadilan menemukan bahwa tak masuk akan jika kartel Jepang itu harus menahan kerugian selama 25 tahun berusaha hanya untuk meraih posisi monopoli. Seperti halnya Northeastern v. AT&T, kemampuan untuk menerapkan harga predatori tak selalu berarti salah.

Utah Pie v. Continental Baking (1967)

* Diskriminasi Harga (Price Discrimination).

* Utah Pie, sebuah toko roti kecil di Salt Lake City, mengajukan gugatan terhadap tiga kompetitor besar yang secara aktif memperluas pasar kue pie beku (frozen pie), yaitu Continental Baking, Pet Milk, dan Carnation. Sementara Utah Pie hanya beroperasi di Salt Lake City, ketiganya beroperasi secara nasional. Ketiganya menjual harga distributor sangat rendah di Salt Lake City dibanding daerah lain di negara itu.

* Pengadilan menetapkan bahwa jenis diskriminasi harga ini adalah anti-kompetitif dengan maksud mengusir Utah Pie keluar dari pasar. Hakim yang berbeda pendapat menyatakan bahwa struktur pasar di Salt Lake City setelah tindakan ketiga perusahaan ini membuktikan bahwa terjadi kompetisi harga yang lebih baik.

* Kasus ini membuktikan bahwa keputusan pengadilan sangat buruk. Model oligopoli paling dasar menunjukkan bahwa empat kompetitor utama berkompetisi harusnya bisa menurunkan harga daripada pasar dengan 3 kompetitor saja. Perbedaan harga antara Salt Lake City dan pasar lain adalah hasil dari kompetisi yang lebih efektif. Pengadilan seharusnya menanyakan mengapa harga di kota lain tinggi dibanding harga di Utah yang rendah.

FTC v. Morton Salt (1948)

* Diskriminasi Harga (Price Discrimination).

* Morton menjanjikan diskon penjualan terhadap pembeli yang membeli garam dalam jumlah besar, US$1,6 per bungkus untuk pembelian terkecil dan turun hingga US$1,35 per bungkus untuk jumlah 50 ribu bungkus.

* Pengadilan memutuskan bahwa diskon yang tersedia untuk pelanggan manapun, secara nyata tak banyak pelanggan yang mampu membeli sekian banyak garam dalam satu waktu. Pengadilan kemudian menekankan bahwa diskon hanya legal jika jumlah penjualan menurunkan biaya penjualnya. Pengadilan juga menegaskan maksud putusan adalah untuk melindungi usaha kecil dari perusahaan besar.

* Bisa dipertanyakan mengapa diskon kuantitas bisa secara nyata mereduksi kompetisi.

Standard Oil Company v. FTC (1951)

* Pembelaan Khusus untuk Pembeli dan Penjual (Special Defenses for Buyers and Sellers).

* Standard Oil menjual bensin untuk empat perusahaan besar di Detroit di harga rendah, yang lain dengan harga peritel biasa di daerah sama.

* Standard berargumen bahwa harga tersebut diberikan untuk menghadapi kompetisi dari perusahaan bahan bakar lain. Pengadilan mengabulkan perusahaan yang membuat perbedaan harga ke pelanggan besar untuk menghadapi kompetisi, tanpa harus memotong harga kepada pelanggan lain.

Amerika Serikat v. Borden Company (1962)

* Pembelaan Khusus untuk Pembeli dan Penjual (Special Defenses for Buyers and Sellers).

* Borden terlibat dalam diskriminasi harga penualan susu antara dua perusahaan besar di Chicago: Jewel dan A&P, serta antara beberapa toko pangan independen di daerah itu.

* Borden membela diri bahwa kajian harga diskriminatif (analisis jumlah dan biaya) untuk menyediakan susu ke toko biasa dengan toko besar. Pengadilan menetapkan bahwa bukti biasa itu tak dapat membuktikan contoh mengapa menyediakan susu ke toko independen lebih murah dari toko besar. Diskriminasi ukuran toko bisa diterima, tapi diskriminasi ukuran jaringan toko tidak.

Great Atlantic & Pacific Tea v. FTC (1979)

* Pembelaan Khusus untuk Pembeli dan Penjual (Special Defenses for Buyers and Sellers).

* Great Atlantic mengajukan permohonan lelang dari produsen susu untuk pasokan susu bermerek di toko A&P. Borden memenangkan lelang untuk menyediakan susu dengan diskon khusus terhadap harga yang diberikan ke perusahaan lain. Great Atlantic menerima proposal ini. Kemudian Great Atlantic digugat karena melanggar Clayton Act yang menegaskan tindakan ilegal jika sebuah perusahaan menggunakan kekuatan pasarnya untuk mengunci harga diskriminatif dari pemasok.

* Karena Borden hanya memenangkan kontrak lelang, dia dinyatakan tak bersalah karena harga diskriminatif. Borden hanya berusaha untuk berkompetisi. Sayangnya Great Atlantic tetap dinyatakan bersalah karena menetapkan harga diskriminatif.

Dr. Miles Medical Company v. John D. Park and Sons (1911)

* Penetapan Harga Vertikal dan Pembagian Pasar (Vertical Price Fixing and Market Division).

* Dr Miles menjual paten obat ke distributor utama dan peritel dengan penetapan harga minimum yang bisa dijual oleh distributor/peritel.

* Pengadilan menetapkan bahwa menjaga harga jual kembali (resale price maintenance) bisa mereduksi kompetisi antar-peritel dan antar-distributor, dan untuk itu ditetapkan ilegal.

* Untuk keputusan pengadilan yang benar secara ekonomi, seseorang harus mengasumsikan bahwa kompetisi harus ada di antara distributor dan peritel. Jika tidak ia akan terjebak dalam masalah double-marginalization klasik seperti yang terjadi dengan Albrecht v. Herald.

Amerika Serikat v. Colgate & Company (1919)

* Penetapan Harga Vertikal dan Pembagian Pasar (Vertical Price Fixing and Market Division).

* Colgate, manufaktur sabun dan perlengkapan kamar mandi, mengharuskan dealernya menjaga harga penjualan minimum (minimum resale prices) atau akan dibatalkan kontraknya oleh Colgate.

* Lemah dalam keputusan delapan tahun lalu (Miles v Park), pengadilan menekankan bahwa perusahaan tak boleh memaksakan minimum resale prices terhadap dealernya. Namun demikian, pengadilan menekankan bahwa perusahaan secara legal dapat menolak berbisnis dengan dealer yang tak setuju dengan kesepakatan minimum resale prices.

* Dalam semangat penegakan hukum persaingan usaha lain seperti Aspen Skiing v. Aspen Highlands, adalah masuk akan jika pengadilan kemudian memutuskan hak sebuah perusahaan untuk menjalankan bisnis juga termasuk tanggungjawab untuk tidak terlibat praktek merusak persaingan. Untuk itu, kemudian pengadilan sepakat dengan Pemerintah dan memutuskan bahwa Colgate telah memiliki kekuatan pasar signifikan sementara dealer beroperasi di pasar kompetitif.

Amerika Serikat v. Park, Davis & Company (1960)

* Penetapan Harga Vertikal dan Pembagian Pasar (Vertical Price Fixing and Market Division).

* Park-Davis mengharuskan distributor dan peritelnya menjaga harga ritel dan distributor untuk obat-obatnya. Saat beberapa peritel dan distributornya melanggar kesepakatan harga ini, Park-Davis mengumumkan bahwa ia akan menahan penjualan obatnya ke beberpa perusahaan yang melanggar penetapan harga ini, dan sebagai tambahan, ia akan menahan penjualan obat jika ada peritel atau distributor lain yang melanggar perjanjian ini.

* Pengadilan menetapkan bahwa kontrak Park-Davis ini lebih dari kasus Amerika Serikat v. Colgate, dan untuk itu menetapkan bahwa sjkema price maintenance Park-Davis ini adalah ilegal. Hakim Stewart dalam pendapatnya bahwa kasus Colgate tak sah, dan tiga hakim berbeda pendapat tentang hal ini. Pengadilan harus menjaga preseden pengadilan di atas segalanya. Kasus Colgate yang berlarut-larut adalah wewenang Kongres, bukan masalah Mahkamah Agung lagi.

Kiefer-Stuart Company v. Seagrams (1951)

* Penetapan Harga Vertikal dan Pembagian Pasar (Vertical Price Fixing and Market Division).

* Perusahaan Seagrams dan Calbert berkonspirasi untuk menetapkan harga jual kembali di titik maksimum (maximum resale price) terhadap distrsibutor minuman utama di Indiana, termasuk Kiefer-Stuart Company. Seagram dan Calvert setuju untuk menolak kerjasa dengan distributor yang tidak menerapkan ketentuan harga ini.

* Karena Seagrams dan Calbert telah berkonspirasi untuk menetapkan harga, mereka telah melanggar Sherman Act. Perusahan berargumentasi bahwa Kiefer-Stuart dan distributor minuman lain di aera itu telah membentuk kartel untuk menaikkan harga distributor, dan skema harga Calbert-Seagrams ini adalah upaya untuk melawan kartelisasi itu. Pengadilan menetapkan bahwa kolusipun tidak boleh dilakukan bahkan atas alasam melawan kartelisasi pihak lain.

* Tak jelas bagaimana pengadilan menetapkan pembentukan maximum resale prices terhadap kolusi antara Calbert dan Seagrams.

Amerika Serikat v. Arnold, Schwinn & Company (1967)

* Penetapan Harga Vertikal dan Pembagian Pasar (Vertical Price Fixing and Market Division).

* Schwinn, pabrik sepeda terbesar di Amerika Serikat di era 1950an, telah menjual dan menkonsinyasi sepeda melalui distributor utama dan toko ritel terlisensi. Dalam kontrak dengan Schwinn, distributor utama dibatas penjualannya berdasarkan pembagian teritori, dan hanya boleh menjual lagi ke toko ritel yang memiliki lisensi Schwinn. Sedangkan ritel ini hanya boleh menjual merek sepeda lain tapi harus menyediakan porsi pajangan lebih banyak untuk sepeda Schwinn.

* Pengadilan menetapkan bahwa jika Schwinn menjualnya ke distributor utama, yang berbeda kepemilikan dan pertimbanan risiko, ia tak boleh menuntut distributor ini untuk menerapkan pengekangan penjualan, seperti pembatasan pembagian teritori penjualan hingga ke toko ritel. Dalam faktanya, pengadilan telah menetapkan bahwa pembatasan franchise adalah ilegal per se jika merek itu memang diturunkan dari pemegang lisensi (franchiser) ke penerima lisensi (franchisee). Namun demikian, jika Scwhinn terlibat dalam pengekangan sama sementara juga menjaga kepemilikan barangnya, yaitu menjual barang dengan perjanjian konsinyasi dan mengizinkan distributor/toko ritel mengembalikan produk yang tak terjual, pengekangan yang dimaksud adalah diperbolehkan. Adalah berbeda antara pembatasan vertikal dan integrasi vertikal. Hakim Stewart dalam pendapat berbeda berargumen bahwa sangat tidak jelas bagaimana penjualan melalui franchise lebih antikompetitif dibanding dengan penjualan melalui konsinyasi. Dia menekankan perlunya aturan longgar terhadap franchise oleh perusahaan besar.

Continental TV v. GTE Sylvania (1977)

* Penetapan Harga Vertikal dan Pembagian Pasar (Vertical Price Fixing and Market Division).

* Sylvania menjual seluruh pesawat televisinya melalui dealer dengan sistem franchise, yang hanya boleh menjual produk dalam lokasi yang ditentukan. Tidak menjamin eksklusivitas teritori jika ada dealer baru berlisensi Sylvania. Continental, sebagai pemegang lisensi Sylvania, memasukkan gugatan terhadap kebijakan Sylvania ini.

* Pertama, pengadilan menemukan bahwa perjanjian franchise adalah pelanggaran hukum persaingan per se, sesuai dengan kasus Amerika Serikat v. Arnold, Schwinn & Company (1967). Walau demikian, pengadilan menetapkan bahwa putusan terhadap Schwinn bahwa perilaku yang dilarang adalah yang jelas-jelas antikompetitif tanpa persyaratan uang kembali. Dalam kasus franchise / lisensi, jika kompetisi antar-merek akan tereduksi karena perilaku Sylvania, selain itu juga kompetisi antar-merek akan bergerak. Dengan pertimbangan ini, pengadilan akhirnya menetapkan bahwa “putusan per se ilegal” harus diubah menjadi “putusan rule of reason”. Dalam pendapat legalnya, Hakim Byron White menasihatkan agar tidak menggunakan aturan per se khusus untuk perjanjian harga vertikal.

Monsanto v. Spray-Rite Service Co. (1984)

* Penetapan Harga Vertikal dan Pembagian Pasar (Vertical Price Fixing and Market Division).

* Monsanto menjual herbisida melalui distributor utama yang diwajibkan menjaga harga jual kembali (resale price maintenance) dan diwajibkan melalui pelatihan di Monsanto tentang produknya. Spray-Rite, toko diskon, diterminasi dalam jajaran distributor setelah masuk keluhan dari distributor lain tentang harga diskonnya.

* Pengadilan kemudian mengulang kebijakan pengadilan tengan hubungan manufaktur-distributor. Pertama, kasus Colgate yang biasanya memberikan kebebasan kepada manufakturnya memilih siapa mitra bisnisnya, membolehkan mereka menolak kerjasama dengan distributor yang tidak menjual produknya di harga yang ditetapkan. Kasus Dr Miles yang meminta perilaku bersama (concerted action) terhadap produsennya dalam rangka untuk penetapan harga, adalah per se ilegal. Kasus Sylvania yang juga menerapkan concerted action terhadap perodusuennya atas keputusan non-harga adalah evaluasi rule of reason. Pengadilan kemudian menetapkan bahwa Spray-Rite dikucilkan Monsanto karena desakan distributor (kompetitor Spray-Rite) lain. Untuk itu bukan keputusan Monsanto semata. Karena tindakan ini bukan dalam porsi Colgate ataupun Dr Miles, pengadilan kemudian memutus Monsanto bersalah dan melakukan tindakan ilegal yang menyebabkan kerugian.

FTC v. Consolidated Foods (1965)

* Merger konglomerat (Conglomerate Mergers).

* Consolidated Foods, sebuah perusahaan dan distributor pengolah pangan (food processor) membeli Gentry, sebuah pabrik yang memroses bawang putih dan merah dikeringkan (dehydrated). Gentry menguasai 35% market share di industrinya, dan kompetitornya sebesar 55%.

* Pengadilan menetapkan Consolidated bisa jadi akan menggunakan kekuatan pasarnya terhadap produk lain dalam rangka untuk menarik perhatian pelanggan dalam paket pembeliannya. Potensi resiprokal ini, walau belum terbukti terjadi, sudah cukup menjadi bukti bagi pengadilan untuk memutuskan bahwa merger ini memiliki dampak anti-kompetitif.

Amerika Serikat v. International Telephone and Telegraph (1969)

* Merger konglomerat (Conglomerate Mergers).

* ITT adalah konglomerat besar yang mengajukan proposal membeli Asuransi Hartford, salah satu perusahaan asuransi swasta terbesar.

* Pemerintah berargumen bahwa akuisisi ITT terhadap Hartford dapat mengarah pada perjanjian resiprokal antara Hartford dan konsumen produk ITT lain. ITT menolak tuduhan ini denga alasan bahwa asuransi adalah produk yang kompleks yang bisa dijalani sebagai asas resiprokal kerjasama ITT dan Hartford ini. Selanjutnya pemerintah menuduh uang tabungan (capital reserve) adalah dana untuk membiayai subsider ITT lain dengan tingkat suku bunga rendah yang tak diberikan ke kompetitor lain. ITT menolak dengan alasan bahwa menyedot dana dari Hartford adalah tindakan tidak menguntungkan bagi bisnis asuransi, dan subsider ITT telah memiliki akses cukup ke pasar modal untuk membiayai dirinya. Pengadilan kemudian memihak pada ITT dan mengijinkan untuk merger, mengingat bahwa dalam Sherman Act meminta pengadilan untuk mencegah erosi dari kompetisi tidak untuk mencegah konsentrasi kekuatan pasar.

Eastern Railroad Presidents Conference v. Noerr Motor Freight (1961)

* Monopolisasi Melalui Prosedur Pemerintah (Monopolization Through Abuse Of Government Procedures).

* Sekelompok perusahaan kereta api bergabung untuk melobi negara bagian dan federal untuk mengesahkan hukum pembatasan perusahaan truk berkompetisi di pasar jasa transportasi dan distribusi barang.

* Pengadilan menetapkan bahwa Sherman Act tidak mengatur pembatasan kebebasan berbicara dan komitmen politis agar kelompok ini berkumpul dan memberikan pendapat. Di luar itu, mereduksi kompetisi sebagai hasil dari tindakan pemerintah adalah tindakan ilegal. Pengadilan juga memperingatkan mereka bahwa pengadilan tidak mentoleransi kebebasan berbicara sebagai tameng perilaku anti-kompetitif.

California Motor Transportation v. Trucking Unlimited (1972)

* Monopolisasi Melalui Prosedur Pemerintah (Monopolization Through Abuse Of Government Procedures).

* California Motor menuduh Trucking Unlimited menggunakan pengaruhnya terhadap Pemerintah California terkait dengan jasa truk antar-negara bagian, khususnya tentang penolakan California Motor sebagai lembaga pengambil keputusan.

* Dengan mengingatkan tentang kasus Eastern Railroad Presidents Conference v. Noerr Motor Freight (1961) yang digunakan Trucking Unlimited, khususnya tentang pengaruh terhadap perilaku politik, Trucking Unlimited dianggap telah menggunakan argumen Noerr untuk menutupi perilaku anti-kompetitif yang sebenarnya. Trucking Unlimited tak boleh menggunakan pengaruhnya untuk membatasi California Motor dari akses ke pengadilan dan lembaga administratif lain di bidang transportasi truk. Untuk itu, pengadilan menetapkan Trucking Unlimited untuk mengikuti proses hukum atas tuduhan California Motor yang substansial.

Otter Tail Power v. Amerika Serikat (1973)

* Monopolisasi Melalui Prosedur Pemerintah (Monopolization Through Abuse Of Government Procedures).

* Menghadapi kontrak suplai listrik sebuah kota yang tak bisa diperbaharui, Otter Tail-sebuah perusahaan listrik yang melayani Minnesota, Dakota Selatan dan Dakota Utara-mengajukan gugatan dengan tujuan untuk menghentikan pembangunan sebuah pabrik energi listrik baru. Keterlambatan dan biaya untuk litigasi biasanya dijalankan di kota-kota kecil ini untuk membatalkan rencana kota membangun sistem listrik milik sendiri.

* Untuk memproses gugatan Otter Tail, Mahkamah Agung menegaskan bahwa aktivitas ini dirancang khusus untuk mencegah sebuah kota membangun instalasi produksi listrik independen. Otterl Tail kemudian dilarang terlibat dalam perilaku yang anti-kompetitif ini.

No comments: