Friday, February 8, 2008

Poverty Trap

Poverty Trap: Lingkaran Setan yang Harus Segera Diputus

oleh Amelia Day

Paradigma perencanaan (rasional, ekuitas atau keadilan, komunikatif, dan advokasi) adalah how to plan. Easterly di dalam tulisannya ini tidak secara eksplisit menerangkan why plan, tapi lebih pada mengingatkan apa yang sesungguhnya menyebabkan ekonomi tumbuh atau tidak. Ia mengungkapkan banyak teori lama yang tergantung faktor luar, dan menegaskan bahwa teori baru lebih ke grow from within.

Kenapa harus tumbuh dari dalam diri sendiri?

http://www.cosatu.org.za

Poverty trap atau jebakan kemiskinan adalah sebuah lingkaran setan yang harus diputus yang kemudian dijalin lagi menjadi lingkaran yang lebih menguntungkan. Tak mudah untuk melakukan pemutusan di satu mata rantai, atau memilih mata rantai mana yang harus diputus terlebih dahulu.

Saya ambil contoh, lingkungan rumah saya. Satu blok perumahan di daerah Senen yang padat adalah lingkungan tertutup dengan rata-rata kemampuan ekonomi yang hampir sama. Anak-anak saya bisa bersepeda dan berlarian dengan senang ke lapangan basket yang nyaman dan aman.

Keluar dari pagar pembatas perumahan, ada sepasang orangtua dengan satu anak seusia anak saya tinggal di dalam gerobak di pinggir jalan. Program cash transfer memang tak menyentuh penduduk haram ibukota ini. Jaja, sang anak, tak bisa berbicara normal karena mengikuti “cacat” berbicara sang ibu yang cuma buruh cuci. Si ayah adalah tukang sampah Dinas Kebersihan DKI Jakarta di pagi hari, dan pemulung di siang hari. Di dekat “rumahnya” berada, Jaja yang baru berusia 4 tahun ini membantu beberapa tukang ojek mencuci motor setiap harinya.

Vicious cycle (lingkaran setan) yang dimaksud oleh Easterly dimulai dari rendahnya investasi orangtua atas pendidikan anak-anaknya. “Untuk makan saja tak cukup, lalu sekolah mau bayar pakai apa?” mungkin menjadi pertanyaan klise bagi kebanyakan orangtua miskin di negeri ini.

Lihat negara semiskin India empat puluh tahun lalu, saat Mahatma Gandhi memutuskan untuk memberikan pendidikan gratis bagi anak India. Hari ini, buahnya telah dipetik. Ekspatriat dari India di Sillicon Valey adalah ras pertama yang bisa menembus tempat paling elit soal teknologi informatika di Amerika Serikat ini. Dari London ke New York, pusat bisnis dan keuangan dunia, orang India tampil maju di banyak posisi penting.

Tak cuma satu ras di dunia ini yang mampu bangkit dan tumbuh stabil. Malaysia dan Korea Selatan juga berangkat dari pola kemampuan untuk grow from within, atau yang dirumuskan oleh Rebelo, endogenous growth model. Jika satu individu “diasah” untuk lebih produktif, maka kemungkinan individu lain turut akan lebih besar. Kecenderungan individu-individu terbaik berkumpul jadi satu tempat juga lebih besar. Teori-teori ekonomi yang diangkat Easterly inilah yang ingin ditegaskan untuk mematahkan teori-teori lama yang hanya tergantung akan faktor-faktor di luar diri individu (filling the financing gap, reliance on human capital and physical capital accumulation alone, structural adjustment without adjustment)..

Manusia cenderung mencari yang paling menguntungkan dirinya (atau yang tidak menyusahkan dirinya) adalah sebuah pendekatan rasional, jika seorang perencana ingin membuat cetak birunya. People respond to incentives, menjadi satu pertimbangan seorang perencana kebijakan. Jika Jaja adalah satu dari puluhan jutaan anak yang tak mampu ini menjadi satu fokus perencanaan untuk perkembangan ekonomi negara ini, tak mustahil keberhasilan Gandhi empat puluh tahun yang lalu akan bisa diwujudkan di sini. Jaja adalah mata rantai lingkaran kemiskinan yang harus diputus. Lingkaran ini kemudian diharapkan bisa berubah menjadi lingkaran seperti manajemen clockwork, mempunyai detak yang tertib (stabil) dan berirama (memberikan hasil indah: pertumbuhan ekonomi yang sehat).

Jakarta, 20 Oktober 2005

No comments: